Pada manusia ada “Seandainya”, pada Allah ada “Kepastian”
Pe. Urbanus Bunga Lolon
Bicara tentang kematian terkadang membuat orang menjadi takut. Hal ini orang melihat kematian sebagai sisi gelap dari kehidupan yang harus dihindari.
Bahkan kematian dilihat sebagai yang menakutkan padahal kematian adalah satu kepastian yang tidak bisa dihindari.
Kematian adalah resiko dari sebuah kelahiran, yang HARUS diterima oleh setiap makhluk yang pernah hidup. Memang soal kapan dan dimana setiap kita mati belum bisa kita pastikan. Tapi yang pasti adalah kita HARUS MATI!
Kematian juga dilihat sebagai “Piala Bergilir”, dari satu privadi ke privadi yang lain, dari setiap pintu ke pintu yang lain. Setiap kita masih hidup, memang sedang menikmati arti kehidupan tapi sekaligus menunggu kapan geliran kita untuk menerima piala itu. Akan tetapi, seandainya kematian itu dapat ditunda, maka setiap orang akan berusaha untuk memcari berbagai macam alasan untuk menunda kematiannya lalu memperpanjang umurnya.
Seandainya setiap orang tahu dengan pasti, kapan dan dimana dia akan mati maka ia akan berusaha untuk berbuat sebaik mungkin dengan siapa saja pada saat – saat terakhir menjelang kematiannya.
Seandainya kematian dapat dibayar dengan sejumlah barang atau materi, maka setiap orang akan berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak mungkin untuk menggantikan kematiannya.
Seandainya kematian merupakan satu pilihan atau alternatif maka setiap orang, akan menghindar dari pilihan tersebut karena ia adalah pilihan terburuk. Seandainya kematian itu diajak untuk berkompromi maka setiap orang akan selalu berusaha untuk berdialog dan “Omong damai” agar ia bisa terhindar dari peristiwa kematian. Seandainya kematian itu dapat ditebus dengan sejumlah kebajikan maka setiap orang juga akan memgumpulkan atau menginventaris kebaikan sebanyak mungkin agar ia bisa bebas dari kenyataaan akan kematian.
Seandainya Allah penguasa alam semesta dapat disogok maka setiap orang akan berusaha untuk mencari muka dengah Allah dengan menerapkan metode “ABS” Asal Bapa Senang, agar ia bisa luput dari kematian. Seandainya Allah juga hidup dan mengenal System pemerintahan seperti di Indonesia antara Orde Lama, Orde Baru, Orde reformasi, maka orang akan berusaha menerapan system “KKN” Korupsi, Kolusi, Nepotisme kelas kakap agar ia bisa terhindar dari kematian.
Seandainya Allah bisa diajak untuk berdiskusi tentang kematian, maka orang akan mengundang Allah untuk “menginap” di Hotel berbintang dengan menikmati makanan di Restoran kelas VIP, untuk mengambil hatinNya lalu bisa membuat tawaran – menawar, sehingga bisa menghilangkan realitas kematian.,
Seandainya Allah juga “gila hormat” maka setiap orang membuat rumusan sapaan dengan sejumlah pujian yang menyentuh hati Allah sehinga Allah bisa lupa bahwa sebenarnya ada kematian.
Akan tetapi, segala PENGANDAIAN dari manusia tidak mampu mengatasi satu KEPASTIAN dari Allah. Segala KEPINTARAN dari Manusia tidak sanggup menjelaskan “KEBODOHAN” seorang Allah. Segala ARGUMENTASI DAN LOGIKA dari manusia bukanlah PEMILIK atas dirinya sendiri tapi hanyalah sebagai SATU CIPTAAN dari SANG PENCIPTA. Manusia hanya bisa MEMBUAT RENCANA tapi Tuhanlah YANG MENENTUKAN. Manusia hanya bisa BERHARAP DAN BERHARAP tetapi Allah sendiri yang MENENTUKAN HARAPAN itu secara sempurna.
Model – model kematian
Bisa kita melihat secara kritis dan membuat suatu refleksi secara memdalam maka kita dapat membedakan beberapa model kematian.
- Kematian karena kewajaran. Adalah kematian karena organ – organ tubuh MANUSIA, sudah selesai masa pakai atau Expired
- Kematian karena ketidak – hati- hati – an atau kelalai terhadap suatu larangan yang bersifat fatal. Kematian ini ketika orang tidak menghargai petunjuk, resep dan rambu – rambu umum sebenarnya untuk melindungi nilai kehidupan namum terabaikan.
- Kematian karena orang tidak menghargai kehidupan yang diberikan kepadanya. Model kematian ini orang tidak mampu menyelesaikan problem atau realitas yang tengah dihadapi.
- Kematian karena kecemburuan sosial. Orang mencari berbagai cara dalam membinasakan orang lain yang dianggap sebagai saingan dalam hidup
- Kematian karena kesalahan tertentu
- Kematian karena mempertahankan suatu kebenaran
- Kematian karena peyakit, seperti saat ini, Covid – 19, dan lain sebagainya.
Yang jelas adalah setiap kita sedang menungu “Piala Bergilir” yang PASTI datang yaitu kematian. N0 21 Tahun III
Discussion about this post