Pe. Urbanus Bunga Lolon, SVD*
Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Bahkan orang mengatakan bahwa pendikan adalah kunci untuk masa depan. Artinya lewat Pendidikan dapat membuka pola pikir atau mind set lalu orang bisa menata hidup pribadi, hidup bersama dan juga menjadi jaminan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tulisan sederhana ini mengikuti beberapa ide pokok antara lain: Definisi Pendidikan, Lingkaran dosa dalam Pendidikan, Pendidikan Tanggung jawab siapa? Pada bagian yang terakhir adalah Menepis Lingkaran dosa menuju Pendidikan yang berkualitas di Timor Leste
Definisi Pendidikan
Ada banyak definisi tentang Pendidikan. Hal ini tergantung dari cara pandang setiap orang dalam memberikan definisi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan pembuatan mendidik
Seorang filsuf Yunani Aristoteles memberikan definisi Pendidikan sebagai berikut. Education is a function of the State, and is conducted, primarily at least, for the ends of the State. State – highest social institution which secures the highest goal or happiness of man. Education is preparation for some worthy activity.
Sementara Paulo Freire tokoh Pendidikan dari Brasil memberikan definisi pendidikan ialah usaha untuk mengembalikan fungsi pendidikan sebagai alat yang membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ke-tertindas-an.
Dengan demikian Pendidikan adalah proses pembentukan kepridian manusia untuk menjadi lebih baik. Tujuan Pendidikan adalah untuk membebaskan manusia dari berbagai tekanan dan demi kebaikan pribadi serta kehidupan bersama atau bernegara. Tujuan Pendidikan selalu mengarah kepada kebaikan.
Lingkaran dosa dalam Pendidikan
Gambar di atas menunjukan sebuah lingkaran kesalahan atau dosa dalam bidang pendidikan formal. Proses pendidikan formal berawal dari pendidikan di sekolah Taman Kanak- Kanak (TKK) sampai ke tingkat Perguruan Tinggi (PT). Bagaimana proses lingkaran kesalahan atau dosa itu bisa terjadi?
Berawal dari pendidikan di TKK, anak lalu melanjutkan sekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD). Ketika para guru mengalami kesulitan berhadapan dengan anak dalam belajar mengajar, mereka lalu mempersalahkan mutu para guru dan proses pendidikan di tingkat Tanam Kamak- Kanak (TKK). Mereka meragukan kualitas dan mempertanyakan kurikulum yang dinilai tidak membantu anak untuk belajar di tingkat Sekolah Dasar.
Setelah tamat di tingkat Sekolah Dasar (SD) anak melanjutkan sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal yang sama terjadi. Para guru berhadapan dengan anak yang merupakan output dari tingkat Sekolah Dasar (SD). Penilaian akan tingkat kemampuan anak bertitik tolak dari masa jenjang pendidikan sebelumnya. Ketika berhadapan dengan anak yang berkemampuan terbatas atau berkelakuan yang tidak sesuai dengan harapan para guru maka mereka mempersalahkan proses pendidikan selama di bangku Sekolah Dasar.
Di Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) merupakan proses pendidikan lanjut dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Titik tolak penilaian tetap mengambil standard proses jenjang pendidikan sebelumnya. Dengan demikian hal yang jelek dalam diri anak atau yang menjadi kekurangan anak maka yang dipersalahkan adalah para guru atau kurikulum di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Di tingakat Perguruan tinggi semua mahasiswa baru adalah produk atau output dari pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA). Kualitas dan kemampuan para mahasiswa dilatar belakangi oleh proses pendidikan dalam jenjang pendidikan sebelumnya. Dengan demikian yang menjadi sorotan adalah kurikulum dan para guru di tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA). Ketika berhadapan dengan mahasiswa dengan kemampuan dan kualitas yang terbatas maka para dosen lalu mempersalahkan kurikulum dan para guru.
Sementara itu di tingkat Taman Kanak-Kanak, para guru membela diri bahwa kualitas pendidikan bergantung pada kualitas guru yang dihasilkan dari tingkat perguruan tinggi. Para guru yang mengajar adalah hasil dari pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi Oleh karena itu ketika perguruan tinggi yang memproduk sarjana yang tidak berkualitas maka akan menghasilkna guru yang juga tidak berkualitas.
Inilah lingkaran saling mempersalahkan yang menjadi lingkaran dosa dalam pendidikan. Ada sikap saling menuding lalu menjadi dosa kolektip. Inilah sisi lain dari pendidikan bila hanya melihat dari aspek kekurangan.
Pendidikan Tanggung Jawab siapa?
Pendidikan adalah sebuah proses panjang. Dengan demikian bila berbicara
tentang pendidikan maka selalu melibatkan banyak pihak. Dalam bidang pendidikan, yang paling bertanggung jawab adalah keluarga, sekolah, masyarakat, lembaga keagamaan dan pemerintah.
Keluarga.
Keluarga merupakan sekolah pertama bagi seitiap orang. Yang menjadi guru
utama adalah para orangtua. Hal ini karena setiap orang terlahir dari dalam keluarga. Dengan demikian lingkungan pertama yang menjadi ruang gerak seorang anak adalah keluarga. Selanjutnya para orangtua mempunyai tanggung jawab penuh terhadap anak.
Bertolak dari pandangan di atas maka muncul ungkapan “Keluarga retak, masyarakat resah, keluarga berantakan negara kacau.” Ungkapan ini mau mengatakan bahwa keluarga adalah kekuatan utama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu pendidikan awal dalam keluarga mempunyai pengaruh yang sangat mendasar bagi setiap orang.
Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal dengan sistem pengajaran yang
teratur dan terencana lewat kurikulum. Para pengajar adalah guru dengan kemampaun atau skill yang perofesional. Pendidikan di sekolah adalah melanjutkan pendidikan dasar dari dalam keluarga. Tugas dan tanggung jawab para guru adalah mengajar dan mengarahkan anak untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan target dalam kurikulum.
Peranan para guru adalah pengganti orangtua. Akan tetapi metode mengajar
dan mengarahkan anak lebih bersifat formal dan profesional. Hal ini karena sekolah adalah lembaga pendidikan formal. Proses pengajaran berjalan sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam kurikulum yang bersifat formal.
Masyarakat
Masyarakat mempunyai andil yang sangat besar dalam proses pendidikan.
Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setiap orang termasuk dalam proses pendidikan. Lingkungan masyarakat adalah “sekolah bagi setiap orang” untuk belajar berbagai kebajikan secara informal.
Di pihak lain, proses pendidikan formal juga sangat dipengaruhi oleh situasi
lingkungan masyarakat di sekitar sekolah. Artinya untuk keberhasilan proses pendidikan formal di sekolah juga bergantung pada situasi dan sikap masyarakat teradap skolah.
Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaaan juga mempunyai andil yang sangat penting dalam
bidang pendidikan. Banyak lembaga pendidikan baik formal maupun non formal dikelolah oleh lembaga keagamaan. Misalnya Sekolah Katolik, Sekolah Islam. Sekolah Kristen, Sekolah Hidu dan Sekolah Budha.
Dalam kontkes ini lembaga keagamaan mengambil peran pendidikan dengan
berfokus pada konteks keagamaan sambil mengikuti kurikulum formal. Lembaga kegamaan mendukung proses pendidikan dengan menanamkan nilai dasar dan moral dengan titik tolak dari latar belakang agama.
Pemerintah
Pemerintah adalah penentu arah pendidikan. Karena kurikulum untuk
pendidikan formal berasal dari pemerintah. Selain itu pemerintah juga yang mengontrol situasi politik sehingga faktor keamanan tidak mempengaruhi proses pendidikan.
Selain itu pemerintah juga yang mengontrol dan bertanggung jawab secara penuh terhadap pendidikan. Artinya keberhasilan sebuah pendidikan juga tergantung dari sistem pemerintahan dalam mendukung proses pendidikan.
Dengan demikian keluarga, sekolah, masyarakat, lembaga keagamaan dan pemerintah adalah pihak yang menjadi penanggung jawab utama terhadap pendidikan. Untuk mencapai keberhasilan dalam bidang pendidikan perlu adanya kolaborasi antara semua pihak ini.
Menepis Lingkaran dosa menuju Pendidikan yang berkualitas di Timor Leste
Jaman sekarang adalah “era borderless world” atau dunia tanpa batas. Artinya batas negara hanyalah urusan administrasi dan orang tidak bisa membentengi diri dengan berbagai alasan lalu tidak menjalin relasi dengan negara lain. Bahkan Thomas Friedman penulis dan jurnalis Amerika memberikan pandangan baru untuk mengubah pola pikir lama dari Kristoforus Colomus yang mengatakan bahwa “dunia adalah bulat.” Bagi Thomas Friedman, “The world is Flat- Dunia adalah datar.” Artinya dengan alat datar seperti HP, TV, Computer, Laptop, orang bisa belajar tentang dunia dan tidak perlu berjalan keliling
Untuk menepis lingkaran dosa di atas, bagaimana dengan Pendidikan di Timor Leste? Berhadapan dengan “era borderless world” atau dunia tanpa batas, pendidikan adalah proses yang paling pas dalam menjawabi tantangan jaman.Untuk itu ada beberapa ide sederhana sebagai tawaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di Timor Leste.
- Memberikan alokasi dana pendidikan yang proporsional.
Untuk pendidikan sungguh membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebuah negara yang ingin mencapai sumber daya manusia yang baik dimasa depan perlu membuat investasi dana lewat pendidikan untuk pembentukan sumber daya manusia. Selanjutnya pengelolaan dana dengan system management yang baik akan menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu demi masa depan negara.
- Menambah fasilitas sekolah
Fasilitas sekolah akan menjadi daya dukung dalam proses pendidikan. Dengan faslitas yang baik maka kualitas pendidikan diharapkan bisa menghasilkan output pendidikan yang sungguh menjawabi tantangan jaman. Peserta didik terbiasa dengan fasilitas yang relevan dengan perkembangan jaman sehingga setelah tamat mereka bisa bersaing dengan tuntutan jaman dan perkembangan dari negara lain.
- Memberikan training dan formasi kepada para guru
Para guru perlu mengikuti training dan formasi berkala sehingga “tidak ketinggalan kereta” dalam mengikuti perkembangan jaman dan perubahan teknologi. Selanjutnya dibutuhkan kesadaran pribadi dari setiap guru atau pengajar untuk mencintai profesi mengajar sebagai sebuah panggilan hidup. Bukan sebagai “the last choice” dalam kehidupan sosial sehingga bertumbuh mental “money oriented.” Menjadi guru adalah sebuah panggilan. Tugas mengajar sebagai sebuah pengabdian dalam menyiapkan masa depan anak dan masa depan negara.
d. Menjalin kerjasama untuk menciptakan iklim pendidikan yang baik
Proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh iklim pendidikan dan kolaborasi dari berbagai instansi terkait. Pemerintah menjaga kestabilan politik. Guru bertanggung jawab atas proses belajar mengajar dan kegiatan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Para orangtua memberikan dukungan kepada anak dan guru dalam proses belajar mengajar. Lingkungan sekitar sekolah atau masyarakat perlu membina mental “sense of belonging” atau rasa memiliki sekolah dalam mendukung kegiatan sekolah. Selanjutnya instansi keagamaan berkolaborasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik.
e. Menyiapkan kurikulum pendidikan yang relevan.
Kurikulum pendidikan adalah “mata dalan” untuk mencapai tujuan pendidikan yang menjadi “mimpi sebuah negara.” Untuk itu kurikulum harus relevan. Artinya kurikulum berakar pada budaya lokal yang menjadi identitas bangsa tapi bisa menjawabi tuntutan jaman yang selalu berubah. Dengan demikian kurikulum tidak bersifat “harga mati” tapi bisa berubah dalam kurun waktu tertentu sehingga bisa menjawabi perkembangan jaman. Hal ini untuk menjaga keseimbangan hasil pendidikan bahwa “produk boleh lokal tapi kualitas harus global”
Pendidikan adalah pintu untuk mencapai masa depan. Untuk itu Pendidikan bukanlah menjadi tanggung jawab sekelompok orang tapi menjadi tanggung jawab bersama. Untuk mengatasi lingkaran dosa dalam Pendidikan dibutuhkan kolaborasi antara semua pihak. Selanjutnya dalam meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan pemahaman yang luas dengan pola pikir yang positip.*penulis adalah misionaris SVD.
Discussion about this post