ADA banyak aktivitas dan pristiwa di kota Dili yang sungguh terjadi dan menjadi kekhasan dari bulan Desember. Kekhasan itu bisa bersifat alamiah tapi juga merupakan kegiatan rutin yang hanya terjadi pada bulan Desember.
Untuk itu dalam tulisan ini beberapa ide pokok yang menjadi sorotan utama adalah Lembaran Terkahir dalam Kalender Masehi, Gereja dan Katolisitas Umat, Panen Bisnis dan Memberi Makna Natal, Evaluasi: Antara Menggugat dan Mendukung, di Palacio do Governo ada Fireworks yang Menjadi Titik Temu.
Pada bagian terakhir adalah Virus Corona dan Perubahan Paradigma Hidup.
Lembaran Terakhir dalam Kalender Masehi Bulan Desember berasal dari kata “Decem” yang berarti sepuluh. Dalam kalender Romawi Kuno Desember adalah bulan kesepuluh dan merupakan bulan terakhir karena satu tahun hanya terdiri dari sepuluh bulan. Akan tetapi dalam perkembangan sejarah, perhitungan kalender mengalami perubahan satu tahun terdiri dari dua belas bulan lalu Desember menjadi bulan yang kedua belas.
Dalam kalender Masehi, bulan Desember selalu menempati urutan terakhir dan ketika memasuki tanggal 31, “nasib” bulan Desember pun selesai lalu sebagai hiasan dinding tanpa arti bahkan menjadi penghuni kotak sampah. Bulan Desember, menutup sejarah sepanjang tahun.
Ada kenangan penuh variasi dengan aneka pesan kaya makna. Ada nostalgia terpateri rapih yang mengusik rasa antara bangga dan sakit hati lalu semuanya tercatat sebagai sejarah masa lalu.
Ada pengalaman yang tinggal hanya untuk dikenang karena tidak akan terulang kembali. Ada tulisan dalam diary yang memberi inspirasi akan pola pandang atau “mind set” tentang pengalaman harian selama setahun. Bulan Desember menempati posisi terakhir dari setiap lembaran kalender Masehi tapi bukan menjadi akhir dari segala-segalanya.
Desember adalah akhir dari sebuah perhitungan waktu tapi menjadi titik awal untuk memulai sebuah harapan yang baru dalam tahun yang baru. Bulan Desember, menutup sejarah sepanjang tahun lalu membuka lembaran ceritera baru dalam tahun yang baru. Kalender adalah angka yang diterima secara universal dimana masing-masing mempunyai nama dan arti tersendiri. Gereja dan Katolisitas Umat Bagi umat Kristen, khususnya di kota Dili, bulan Desember mempunyai arti tersendiri.
Ada banyak kegiatan yang mewarnai bulan Desember dengan fokus utama adalah Pesta Natal. Menurut Kalender Gereja Katolik, bulan Desember adalah masa Adventus yang berpuncak pada perayan Malam Natal 24 Desember dan selanjutnya memasuki masa Natal.
Sejumlah kegiatan dari gereja antara lain melakukan persiapan Natal berupa rekoleksi untuk kelompok kategorial. Disana para agen pastoral menyiapkan materi dengan rumusan tema yang bervariasi sesuai dengan kelompok binaan.
Hal ini bertujuan agar bisa menjawabi harapan setiap kelompok. Sementara itu dari keuskupan Dili membuat pembagian kelompok untuk para pastor dalam mendengarkan Sakramen Pengakuan di setiap paroki dan kapela dalam kota antara lain : Katedral, Motael, Aimutin, Comoro, Bidau, Balidi, Becora dan Bedois.
Biasanya semua paroki mendapat kesempatan tiga hari berturut-turut untuk pengakuan pribadi. Para pastor harus dengan penuh kesabaran duduk berjam-jam di kursi pengakuan mulai dari jam tiga sore sampai larut malam.
Umat yang hendak mengaku juga bisa antri berjam-jam untuk menunggu giliran mengaku. Setelah pengakuan umat kembali ke rumah dengan rasa lega. Pastor pulang ke kamar dengan rasa capeh!
Setiap bairo atau kelompok yang menanggung koor untuk perayaan Natal setiap malam membuat latihan nyanyi. Ada kemauan untuk tampil terbaik bukan hanya untuk sekedar dipuji tapi mengungkapkan iman dan bukti partisipasi dalam perayaan Natal.
Ada motivasi untuk menjaga nama baik kelompok dimata umat dari bairo lain. Ada aksi nyata akan agama dan kepercayaan yang diimani lewat partisipasi bersama sebagai anggota gereja.
Kelompok anak muda di setiap bairo secara leluasa mengekspresikan kreasi mereka dengan membuat kandang Natal. Mereka sungguh menunjukan kemampuan dan rasa seni mereka sambil menjaga nama bairo agar “tidak kalah” dengan bairo atau lingkungan lain.
Atas dasar ini lalu setiap kandang dihiasi dengan berbagai asesoris yang dikerjakan dengan penuh kesabaran.
Anggota bairo memberikan dukungan berupa sumbangan dana seadanya karena kelompok anak muda ini bekerja secara sukarela. Mereka tidak dibayar tapi mereka bekerja dengan tanggung jawab bersama demi menjaga nama bairo.
Disana ada sikap “sense of belonging”. Di setiap gereja dan kepela dalam kota Dili juga dihiasi dengan kandang Natal.
Gereja dan kapela dihiasi dengan kandang Natal dan dipilih dari orang-orang yang sungguh trampil untuk mengerjakannya. Hal ini supaya mencipatakan suasana Natal dalam gereja lalu bisa menjadi daya tarik untuk orang bisa berdoa dan merayakan Natal.
Semangat dan kreasi ini sebenarnya menjadi modal dasar dan contoh yang baik untuk membangun dalam berbagai bidang kehidupan. Akan tetapi kenyataannya bahwa mental ini masih sebatas di kandang Natal.
Kreasi yang sungguh kreatip ini juga masih bersifat musiman. Padahal bila dilihat dari model kandang Natal, ternyata banyak anak muda yang mempunyai kemampuan yang bisa diandalkan. Ada bakat terpendam yang belum diolah untuk dikembangkan secara maksimal.
Ada kreasi produktip yang tersimpan lalu hanya “dipakai” di kandang Natal. Panen Bisnis dan Memberi Makna Natal Bulan Desember bagi para pebisnis merupakan bulan panen rejeki. Mengapa demikian?
Yah dalam bulan Desember, setiap orang selalu berpikir tentang Natal dan tahun baru. Bayangan akan pesta ini lalu mendorong orang untuk membuat sesuatu yang berbeda baik untuk diri sendiri, secara keluarga, kelompok atu juga secara nasional.
Perubahan yang terjadi seperti membeli pakaian, menata rambut, memperbaiki rumah, membersihkan lingkungan dan menata serta menghias tempat tinggal, kantor atau gereja dengan asesoris yang bervariasi.
Menyadari kebutuhan seperti ini para pebisnis biasanya peka dalam mebaca kebutuhan pasar lalu memberikan tawaran yang sungguh menggiurkan. Bahkan para pebisnis dengan cara yang halus tapi sungguh akurat dalam mencapai tujuan yang diharapkan yaitu keuntungan sebanyak mungkin.
Dalam konteks tertentu para pebisnis menunjukan kerendahan hati tapi dibalik itu perhitungan bisnis tetap berjalan.
Situasi kota Dili dalam bulan Desember sungguh berbeda dengan bulan-bulan yang lain sepanjang tahun. Barang jualan di toko bukan hanya di pajang di dalam toko tapi sudah mulai meluap keluar bahkan tempat parkirpun dipakai untuk menjual barang.
Di pinggir jalan dalam kota dan di Mercado para pedagang menangkap peluang dengan menjual pakaian dengan harga yang gampang dijangkau.
Taman kota di Colmera dekat pelabuhan menjadi “pasar baru” khusus pakaian yang harganya jauh lebih murah daripada di toko. Dengan demikian tempat ini selalu “diserbu” oleh kelompok orang kelas menengah ke bawah atau yang berekonomi lemah lembut.
Dengan demikian para pebisnis sungguh mengejar peluang dalam bulan Desember karena merupakan bulan hari raya dan kesempatan untuk menuai panen akhir tahun. Sementara itu setiap orang bisa memaknai bulan Desember dengan cara yang bervariasi.
Ada makna ekonomi karena berhubungan dengan jual-beli kebutuhan untuk hari raya. Ada nilai kualitas hidup karena berhubungan dengan panampilan dan “life style.” Evaluasi : Antara Menggugat dan Mendukung Desember sebagai bulan akhir tahun membuat orang untuk mengevaluasi hidup dan karya.
Semua kegiatan, usaha dan program yang dijalankan selama sepanjang tahun membutuhkan evaluasi dan pembenahan demi peningkatan kualitas yang lebih baik. Secara pribadi juga orang bisa melihat diri akan semua kegagalan dan keberhasilan yang diperoleh selama sepanjang tahun.
Desember menjadi batas terakhir perjalanan waktu untuk setahun menurut perhitungan kalender Masehi. Dengan demikian organisasi, kelompok, perushaan, instansi baik pemerintah maupun swasta, selalu membuat agenda evaluasi kegiatan.
Disana orang bisa saling marah dan menggugat. Saling menuding dan mempersalahkan. Saling mencari titik lemah orang lain lalu bisa membuatnya hilang pamor dan nama baik.
Di pihak lain, dalam evaluasi ini juga orang bisa saling terbuka dan menata kehidupan bersama lalu lebih menekankan aspek positip untuk peningkatan kualitas hidup dan karya. Sikap antara mendukung dan menggugat adalah reaksi fundamental dari setiap orang atas pengalaman hidup harian.
Dua sikap yang sungguh bertentangan tapi mempunyai tujuan yang sama yaitu demi kebaikan bersama atau “bonum communae.”
Kendatipun bertolak dari sikap pribadi tapi tidak terlepas dalam kehidupan bersama karena “no man is an island.” Yang jelas pada akhir tahun ada Evaluasi baik untuk diri sendiri maupun secara bersama-sama. Bulan Desember adalah bulan Evaluasi!
Di Palacio do Governo ada Fireworks menjadi Titik Temu Memasuki bulan Desember apalagi hari terakhir bulan Desember tanggal tiga puluh satu, orang sering membuka kembali diary hidup baik secara pribadi maupun secara bersama-sama.
Ada ceritera masa lalu yang menjadi kenangan yang tidak akan terulang kembali. Ada pengalaman tempo dulu yang menjadi sejarah hidup baik tertulis maupun tersimpan dalam memory pribadi. Semua pristiwa yang menjadi pengalaman hidup ini mempunyai romantika yang bervariasi.
Ada rasa sedih dan gembira, tertawa dan menangis lalu masing-masing mengandung makna tersendiri dalam perjungan hidup. Dili sebagai ibukota negara, pada akhir tahun selalu mempunyai ceritera tersendiri.
Sebagian warga kota pada akhir tahun selalu berkumpul di sekitar Palacio do Governo untuk menyaksikan Fireworks atau kembang api. Warna-warni kembang api memberi romantisme kehidupan kota tapi juga menjadi titik temu antara tahun lama dan tahun baru. Disana juga ada pertemuan antara warga kota secara spontan untuk berbagi rasa dalam menikmati suasana kota.
Ada suara teriakan para pengunjung dan tepuk tangan akan dentuman bunyi sambil terpancar warna-warni kembang api yang bervariasi. Dengan demikian di Palacio do Governo ada pertemuan antara penghuni kota Dili dengan situasi hati yang bervariasi.
Ada dentuman firekworks dengan warna kembang api aneka warna. Ada pertemuan “dua waktu” antara melepas tahun lama dan menjemput tahun baru. Virus Corona dan Perubahan Paradigma Hidup Tahun 2020 menjadi tahun “stay at home” dan membuat dunia seperti “mati langkah” dengan kehadiran virus corona.
Awal mula kehadiran virus corona seperti ‘hantu raksasa” dan menjadi ancaman bagi dunia. Banyak negara resah. Bahkan negara adikuasa seperti Amerika juga merasakannya sebagai ancaman maha dashyat karena menelan korban nyawa yang tidak sedikit.
Dampak dari virus corona sungguh membawa perubahan terhadap paradigma hidup manusia. Semua aspek kehidupan berubah drastis. Kebijakan politik, sosial, ekonomi dan budaya semua negara berpatok pada protokol kesehatan demi “bonum communae” atau kebaikan bersama.
Sementara itu sarana teknologi mendapat ruang semakin luas bahkan seakan “mendesak” kemampuan manusia untuk menggunakannya. Kebijakan baru semua negara ketika berhadapan dengan virus corona adalah “stay at home” dan sistem kerja untuk segala aktivitas semuanya secara “online” atau daring sambil keputusan “lockdown” wilayah atau negara sebagai solusi terbaik.
“Hantu raksasa” ini juga sungguh menjadi ancaman untuk semua aspek kehidupan di Timor Leste. Negara baru yang masih menata “rumah tangga” kehidupan bernegara harus berhadapan dengan virus yang menjadi ancaman bersama ini.
Semua kalender kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan harus berubah secara total dengan mengikuti anjuran badan kesehatan Internasional. Harapan semua orang akan berakhirnya “masa dinas” virus corona di akhir tahun dengan ditemukannya vaksin penangkal virus masih belum pasti. Bulan Desember sungguh menutup tahun dengan satu lembaran sejarah bahwa tahun 2020 adalah “tahun corona”.
Kota Dili tidak bisa terhindar dari ganasnya virus corona. Semua aktivitas dan ruang gerak semua penghuni kota harus mengikuti protokol kesehatan. Kontrol dari pihak keamanan antara polisi dan tentara lewat patroli kota bertujuan untuk membina kesadaran masyarakat akan dampak virus corona sebagai ancaman global. Sungguh, virus corona membawa perubahan akan paradigma hidup secara global.
Segala rencana dan gaya hidup yang sudah mapan dengan mengikuti kemajuan jaman seakan “salah tingkah” karena solusi mengatasi corona adalah “stay at home” sambil jaga jarak. Sementara semua wilayah dan negara mengambil sikap “lockdown.”
Kota Dili juga tidak bisa mengelak dari ancaman global yang berakibat vatal. Dengan demikian semua aktivitas dan mobilitas secara umum tidak bisa berjalan secara normal. Semuanya berubah secara total! Ternyata, pada bulan Desember di kota Dili ada banyak peristiwa yang mewarnai kehidupan baik secara pribadi maupun secara bersama-sama.
Sebagai lembaran terakhir dalam kelender Masehi, umat Katolik pun mengungkapkan religiositas iman sebagai anggota Gereja lewat aksi nyata. Para pebisnis menangkap peluang sementara setiap orang ingin memberi makna Natal dengan cara yang bervariasi.
Ada sikap “Evaluasi” akan diri sendiri dan kelompok dalam karya baik secara pribadi mapun bersama – sama untuk meningkatkan kualitas hidup.
Akhirnya dalam bulan Desember, Palacio do Governo menjadi titik temu lewat aksi Fireworks. Sungguh, bulan Desember di kota Dili ada ceritera yang kaya makna!*) Penulis mantan Rektor Institutu De Ciencias Religiosas (ICR) São Tomas de Aquino, Dili-Timor Leste
Discussion about this post