Domingo, Maiu 18, 2025
Time Timor Magazine
NEWSLETTER
No Result
View All Result
  • Varanda
  • Profil
  • Kultura
  • Edukasaun
  • Politika
  • Ekonomia
  • Opiniaun
    Sarani TL Kontinua Reza ba Amu Papa

    Sarani TL Kontinua Reza ba Amu Papa

    Komunidade Bebonuk Afeta Eviksaun Governu Seidauk Indeminiza

    Komunidade Bebonuk Afeta Eviksaun Governu Seidauk Indeminiza

    Parlamentu Orgaun Soberana La’os Fatin Hodi Tinzu

    Parlamentu Orgaun Soberana La’os Fatin Hodi Tinzu

    Udan La To’o Oras : Bee Nakonu Iha Cidade Dili

    Udan La To’o Oras : Bee Nakonu Iha Cidade Dili

    Eventu Konsulta Popular –  Faze Desidi Vitoria Povu Maubere

    Eventu Konsulta Popular Desidi Vitoria Povu Maubere

  • Portugues
    Lenda Santa Maria Egipcíaca

    Lenda Santa Maria Egipcíaca

Time Timor Magazine
  • Varanda
  • Profil
  • Kultura
  • Edukasaun
  • Politika
  • Ekonomia
  • Opiniaun
    Sarani TL Kontinua Reza ba Amu Papa

    Sarani TL Kontinua Reza ba Amu Papa

    Komunidade Bebonuk Afeta Eviksaun Governu Seidauk Indeminiza

    Komunidade Bebonuk Afeta Eviksaun Governu Seidauk Indeminiza

    Parlamentu Orgaun Soberana La’os Fatin Hodi Tinzu

    Parlamentu Orgaun Soberana La’os Fatin Hodi Tinzu

    Udan La To’o Oras : Bee Nakonu Iha Cidade Dili

    Udan La To’o Oras : Bee Nakonu Iha Cidade Dili

    Eventu Konsulta Popular –  Faze Desidi Vitoria Povu Maubere

    Eventu Konsulta Popular Desidi Vitoria Povu Maubere

  • Portugues
    Lenda Santa Maria Egipcíaca

    Lenda Santa Maria Egipcíaca

No Result
View All Result
Time Timor Magazine
No Result
View All Result

TIMOR – LESTE: KUALISI POLITIK TANPA HATI NURANI

Time Timor by Time Timor
Fevereiru 26, 2021
in Politika
11 min read
0
Home Politika
1.1k
SHARES
1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

*Oleh: Viktor Jahana

RELATED POST

Tinan 2025: Rangking Liverdade Imprensa TL Monu

Klinika La Fo Aimoruk ba Inan – Isin Rua

 (Mahasiswa Program S3, Jurusan Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Malang)

                                             Email: [email protected]

Pendahuluan  

                  Berpolitik membutuhkan kecerdasan untuk menentukan kepastian masa depan bangsa. Berpolitik tidak saja hanya sekedar mengejar kekuasaan semata, tetapi politik harus mampu menentukan kebijakan yang benar demi kejayaan bangsa di masa depan. Dalam  perspektif ini  kepentingan  Negara menjadi focus utama dari berbagai program negara. Serentak dengan itu, kesejahteraan masyarakat menjadi priorita utama dalam setiap keputusan politik.  Karena itu, dalam mengambil keputusan politik dibutuhkan sebuah pendekatan hati nurani dan pertimbangan rational agar keputusan itu bisa menjawab dan memenuhi kehendak rakyat banyak.

                  Pendekatan hati nurani diperlukan agar dalam mengambil tindakan, tidak bertentangan dengan kehendak rakyat. Keputusan politik selalu membutuhkan  pertimbangan rasional dan hati nurani agar setiap bentuk tindakan, bisa diawasi dan dievaluasi  secara benar  dan mendapatkan pertanggungjawaban. Fenomena politik TL yang cendrung kental politik  dan mengabaikan  persoalan pokok  masyarakat,  yang berakibat pada hilangnya esensi   politik itu sendiri. Politik merupakan kegiatan dan interaksi manusia yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat demi masyarakat umum. (Setiadi M. Elly, Kolip, Usman, 2013, 199). Cita-cita masyarakat umum adalah mencapai kebahagiaan lahir dan batin, maka produk dari politik ini harus bisa memenuhi cita-cita ini. Keputusan politik yang mengecewakan masyarakat TL, tahun 2020 yaitu gagalnya (Anggaran Pendapatan Belanja Negara/APBN) di tahun 2020, dalam sidang di parlemen Nasional TL, yang membuat masyarakat  sangat kecewa, yang membuka pintu penderitaan semakin besar dan rasa  tidak percaya  pada politikus Timor Leste semakin kuat.

               Dalam sejarah politik  di Timor Leste, sejak  restorasi kemerdekaan RDTL 20 Mei  2002 sampai saat ini, sistem politik sudah dijalankan sesuai dengan prinsip demokrasi yang berlaku di sejumlah Negara di dunia. Hal ini nampak dalam proses pemilu Legislative dan Yudikatif  setiap 5 tahun sekali. Meskipun dilaksanakan  secara demokratis, tetapi  setiap partai peserta pemilu, belum mampu memenangkan pemilu secara mayoritas  (50 +1). Alasannya karena jumlah penduduk Timor Leste sangat terbatas, yaitu hanya:  1.318.445 jiwa, sementara itu, jumlah partai, peserta pemilu sebanyak 14 partai politik, merebut 65 kursi di Parlemen Nasional. Untuk memenuhi persyaratan undang-undang ini, maka setiap partai melakukan kualisi politik. Lewat kualisi politik ini, maka partai politik bisa membentuk pemerintahan secara legal konstitusional.

               Tetapi fakta yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa pemerintahan yang dibentuk berdasarkan hasil kualisi ini, tidak mampu bekerja secara efektif dan tidak menunjukan kesuksesan dalam mengelola  pemerintahan. Bahkan lebih tragis lagi,  partai yang berkualisi ini berujung pada  mati suri (berakhir/berpisah sebelum waktunya tiba). Kualisi tidak bertahan lama sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam undang-undang.  Kemudian dilakukannya pemilu antisipasi (anticipation election ). Namun hasil pemilu berikutnya  juga tetap tidak ada partai yang menang mutlak/mayoritas. Pertanyaannya mengapa kualisi politik itu selalu bubar di tengah jalan atau tidak bisa bertahan lama dalam pemerintahan di Timor Leste ?

Kepentingan  Kekuasan  sangat dominan dibandingkan Negara dan rakyat

               Timor Leste merayakan restorasi kemerdekaannya pada tanggal 20 Mei 2002, sejak saat itu, semua orang memiliki kepentingan  atas Negara Timor Leste. Secara politik, Timor Leste membentuk Negara demokratis dengan sistem pemerintahannya bersifat semi  presidensial, maka pemilu menjadi wahana penting untuk menghasilkan pemerintahan yang bersih dan  demokratis. Pemilu Timor Leste dilaksanakan setiap 5 tahun sekali untuk memilih anggota legislative dan yudikatif.

               Dalam berbagai pertarungan politik, setiap partai membutuhkan strategi yang baik  untuk memenangkan pertarungan tetapi fakta politik menunjukan bahwa pertarungan politik di Timor Leste sangat sulit untuk bisa meraih  kemenangan secara mutlak. Alasannya, karena jumlah penduduk yang mengikuti pemilu sangat terbatas dan partai peserta pemilu lumayan banyak .  Dalam pemilu 2007 jumlah penduduk TL 1.318.445 sementara jumlah partai peserta pemilu 14 partai politik .  Akibatnya, tidak ada satu pun partai politik yang  menang secara mayoritas dan harus melakukan kualisi politik dengan partai lain, dalam rangka membentuk pemerintahan.

               Dalam proses kualisi tentu setiap partai memiliki kepentingan masing-masing agar berkuasa. Akibatnya interese Negara seringkali diabaikan dan masyarakat menjadi korban dari kualisi yang tidak sepaham itu. Dan ujung-ujungnya kualisi itu pada akhirnya bubar di tengah jalan karena memiliki perbedaan kepentingan politik. Sikap politik deperti ini bertentangan dengan definisi politik yang disampaikan oleh Mariam Budiardjo yang mengatakan politik adalah “usaha menggapai kehidupan yang lebih baik” (Budiardjo, 2008, 13).

Kualisi  tanpa hati nurani

               Kualisi adalah sebuah atau sekelompok persekutuan, gabungan dan aliansi beberapa unsur, dimana dalam kerja samanya, masing-masing  memiliki kepentingan  sendiri-sendiri. Kualisi bertujuan agar menjamin kekuatan politik pemerintahan sehingga tidak mengalami perperpecahan. Tujuannya sangat ideal agar membangun kekuatan politik dalam menjalankan pemerintahan dan dalam menentukan kebijakan  negara.

               Teori kualisi partai  telah lama berkembang  di Negara-negara  di Eropa, khususnya pada Negara-negara yang menganut sistem parlementer pada umumnya. Dalam sistem  pemerintahan semi presidensil yang multi partai, kualisi  adalah suatu keniscayaaan untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Hakekat kualisi sendiri adalah untuk membentuk  pemerintahan yang kuat, mandiri dan bertahan lama.

               Jhon F. Kennedy salah seorang mantan presiden Amerika Serikat, secara terbuka pernah berujar, politik itu kotor, puisilah yang membersihkannya. Apa yang diungkapkan Kennedy itu semestinya menjadi perhatian kita semua. Betapa politik membutuhkan  hati nurani  yang dilambangkan dengan puisi. Analisis politik yang kotor, menurut perspektif Kennedy karena targetnya hanyalah menang atau mempertahankan. Sementara asas kesusastraan adalah menyuarakan humanisme universal. Dua kutub yang berbeda ini harus duduk berdampingan  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara  sehingga terbangun cakrawala  politik berhati nurani.

               Jika politikus dan sastrawan  saling mengisi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka target  menang atau mempertahankan  kekuasaan akan dijalankan  dengan proses  yang baik dan benar. Sehingga bukan  kemenangan atau  mempertahankan  kekuassan itu yang terpenting  melainkan membangun iklim demokrasi. Menang dan kalah  dalam perspektif  politik  berhati nurani  adalah  sama, jika prosesnya dijalankan  dengan sistem yang baik dan benar. Ketika seseorang atau sekelompok orang atau partai kalah dalam pemilihan itu adalah keniscayaan demokrasi, ada yang kalah dan ada yang menang. Begitu pula sebaliknya,  jika seseorang, sekelompok orang  atau partai menang, itu adalah kemengan demokrasi.

               Karena itu, antara sastra dan sastrawan,  politik dan politikus tidak boleh saling mengabaikan, harus tetap bersatu, demi kesuksesan demokrasi. Tetapi kelau saling meninggalkan maka akan terjadi tersumbatnya demokrasi atau  hal ini yang biasa disebut “politik tanpa hati nurani”, orang akan mengejar kekuasan semata-mata demi kekuasaan. Jadi, kekuasaan didefinisikan  sebagai  kewenangan yang didapatkan  oleh seseorang  atau sekelompok orang  guna menjalankan kewenangan  tersebut sesuai dengan kewengan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan  yang diperoleh  atau kemampuan seseorang  atau skelompok orang  untuk mempengaruhi  tingkah laku  orang atau  kelompok lain.    

                Namun fakta politik di Timor Leste menunjukkan bahwa kualisi antara partai politik  tidak ada yang ideal . Tidak ada satu pun kualisi politik  yang digalang para elit politik yang bisa menghasilkan paduan yang kuat. Malahan yang terjadi, mengalami perpecahan  dan bubar di tengah jalan. Rumitnya kekuatan politik, aktor dan ideologi yang berbeda  menjadi faktor yang menyulitkan. Secara teoretis, kualisi partai politik  hanya akan berjalan  baik bila  dibangun  di atas landasan pemikiran yang realistis, kepekaan hati nurani dengan persoalan masyarakat.Tanpa landasan politik semacam ini,  maka kualisi itu akan mati suri atau bubar di tengah jalan. Kalau ini yang terjadi, maka substansi politik sebagai sarana bagi pencapaian  tujuan bersama, semakin  jauh dari harapan publik. Akibatnya, terjadi “transfer kekuasaan  yang tidak legal” ke pemerintahan berikutnya (Marijan, 2010, 1-2). 

 Politik demi kekuasaan

                 Dalam konstelasi politik di Timor Leste, ada 5 tokoh politik yang sangat diperhitungkan dalam berbagai pertarungan politik, diantaranya Xanana Gusmão (Ketua partai CNRT), Francisco Guterres/Lu Olo Ketua partai Fritilin), Ramos Horta (Independen tanpa partai),  Taur Matan Ruak (Ketua partai PLP). Sejumlah tokoh ini sangat diperhitungkan oleh masyarakat, untuk mengkalkulasi  ke arah mana   Negara akan di bawah. Tetapi beberapa tokoh politik  ini, seringkali mengalami tegangan politik dan berimbas pada  gesekan politik yang begitu kuat  menuju pada  pecahnya kualisi  politik yang sudah dibentuk. Misalnya kualisi politik Xanana-Taur dan Naimori (pecah karena kepentingan politik yang berbeda). Pertanyaan. Apakah mereka membangun politik demi kekuasaan?        

               Tujuan berpolitik setiap partai berbeda-beda, tergantung motivasi partai politik tersebut. Dalam banyak aspek keinginan untuk berkuasa itu lahir dari pemahaman kita akan tujuan berpolitik. Konsep  Politik secara klasik adalah usaha yang ditempuh  warga Negara  untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik fulsuf Aristoteles). Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Negara. Horal D. Lasswell (1963) mengatakan, politik adalah “siapa yang mendapatkan apa, kapan dan bagaimana” (Damsar, 2010, 11) Dalam hal ini politik berkaitan dengan berbagai kepentingan setiap orang dan setiap partai politik.  Politik  merupakan  kegiatan  yang diarahkan  untuk mendapatkan  dan mempertahankan  kekuasaan  di masyarakat. Untuk memperoleh kekuasaan, setiap Negara mempunyai system demokrasi lewat Pemilu agar mendapatkan legalitas kekuasaan. Kekuasaan yang diperoleh merupakan mandat yang bersifat legal dari undang-undang.

               Ketika mandat kepemimpinan itu mendapatkan legalitasnya, maka kepemimpinan akan bersifat sah dan pasti mendapat dukung dari rakyat banyak, tetapi sebaliknya  ketika kepemipinan itu tidak mendapatkan  persetujuan  mayoritas masyarakat maka pemimpin itu tidak akan bertahan lama atau akan jatuh di tengah jalan. Misalnya tampuk kepimpinanan yang tidak mendapatkan legalitas dari rakyat, hanya kepentingan presiden semata,  maka kekuasaan itu tidak akan bertahan lama. Contoh kekuasaan yang dijalankan pemerintah Timor Leste pada tahun 2020 ini tanpa proses demokrasi, yang biasa Xanana Gusmao menyebutnya  sebagai kekuasaan illegal, melanggar undang-undang. 

               Dalam konteks ini, politik memiliki konsekuensi logis, yakni: pertama, system yang  legal demokratis pasti didukung oleh rakyat banyak, sedangkan pemerintahan  illegal non demokratis, tidak akan bertahan lama atau akan jatuh di tengah perjalanan politik.Kedua,  de fakto, tujuan politik inse sebagaimana yang kita harapkan bisa mensejahterakan masyarakat, tetapi kenyataannya kualisi politik di Timor Leste  mendatangkan kesengsaraan bagi masyarakat.   Contoh konkrit, Anggaran Pendapatan  Belanja Negara (APBN)  selama 1 tahun tidak sukses  dalam persidangan di Parlemen Nasional Timor Leste pada tahun 2020. Akibatnya rakyat semakin menderita oleh interese politik yang berbeda dari setiap partai politik yang ada di parlemen.  

               Persehabatan dalam poitik itu  selalu tidak abadi. Sangat tergantung pada terpenuhi atau tidaknya  kepentingan politik setiap partai politik .  Kualisi politik di Timor Leste (kualisi antara partai CNRT, PLP dan KHUNTO).  Kualisi ini gagal dalam mensukseskan APBN(Anggaran Pendapatan  Belanja Negara) tahun 2020, hal ini tejadi karena pecahnya kekuataan  kualisi di parlemen dan kubu oposisi  pemerintah di parlemen menang. Dan Akibatnya kubu kualisi itu pada akhirnya bubar.  Artinya, parlemen Nasional  tidak memberikan mandat konstitusional  untuk mengaplikasikan anggaran keuangan Negara  tahun 2020.   Bagi  msyarakat Timor Leste, hal ini adalah sebuah kegagalan besar dalam mengelola Negara ke depannya. Kualisi politik gagal total  dalam mengelola Negara. Oposisi dianggap menang dalam pertarungan politik 2020 ini.

 Oposisi politik, salah kaprah

               Dalam berbagai kebijakan Negara ada dua kubu yang saling berargumen  dalam  mensukseskan atau menggagalkan program pemerintah. Kubu yang merindukan sukses, biasanya kubu yang pro pemerintah atau kubu yang berkualisi dengan pemerintah, sedangkan  kubu yang merindukan gagalnya program pemerintah itu biasanya kubu oposisi. Sehingga kesan rakyat selama ini, kubu oposisi adalah kubu yang selalu oposan dengan kebijakan  Negara atau kubu yang menolak program pemerintah. Dengan kata lain, oposisi merupakan Kubu yang merindukan  kegagalan dalam Negara, mereka merasa bahagia kalau program Negara tidak berjalan.

               Pemahaman ini sebenarnya sangat salah dalam konteks  politik  pada  sebuah Negara. Pemahaman oposisi semacam ini tidak bisa dibenarkan. Oposisi bukanlah penantang an sich, bukan juga sekedar pihak yang menyatakan tidak setuju, oposisi bukanlah pihak yang tukang teriak tidak setuju semata, atau kalangan yang melawan membabi buta semata.  Oposisi adalah  setiap ucapan  atau perbuatan  yang meluruskan kekeliruan, tetapi sambil menggarisbawahi dan menyokong segala sesuatu yang sudah ada di jalan yang benar.  Maka dalam konteks ini beroposisi politik berarti  melakukan  kegiatan pengawasan atas kekuasaan politik  yang bisa keliru dan bisa benar. Ketika kekuasaan  menjalani kekeliruan, oposisi berfungsi mengabarkan kepada khlayak kekeliruan itu, sambil membangun penantangan dan perlawanan atasnya.  Sebaliknya, ketika kekuasaan menjalankan kekuasaan dengan benar, maka oposisi menggarisbawahi  sambil membangun kesadaran  dan aksi public  untuk meminta  kelanjutan dan konsistensi  dari praktek kebenaran itu (Fatah Soefulloh  Eep, 1999, xi-xii). Dalam konteks Timor Leste,  memahami oposisi politik  tugas utamanya menolak atau menantang program pemerintah bahkan APBN juga dengan sangat gampang di tolak di parlemen Nasional.                

 Mengembangkan budaya politik yang positif

         Budaya politik  merupakan  pola perilaku  suatu masyarakat  dalam kehidupan bernegara, dalam menyelenggarakan administrasi Negara, politik pemerintahan, hukum, norma, kebiasaan  yang dihayati  oleh seluruh anggota  masyarakatat setiap harinya. Budaya politik ini menuntut semua pemain politik juga untuk menghayati  semua bentuk tindakan positif dan melawan semua nilai-nilai yang negative atau yang tidak sepadan dengan harapan masyarakat luas. Membangun budaya politik yang kondusif  agar Negara tetap dalam keadaan stabil (Faulks, 2012, 169).

         Kalau budaya politik ini tidak di kembangkan maka akan banyak nilai- nilai negative  muncul dalam Negara yang  berakibat terjadinya kekhaosan atau kekacauan dalam Negara. Akan lahir kekacauan dalam Negara, akan terjadi ketidakstabilan. Untuk itu aktor politik perlu mengembangkan budaya politik yang positif agar Negara  berada dalam keadaan yang aman dan terkendali. Demokrasi akan dijalankan dengan baik kalau budaya politiknya dijaga dan dilestarikan secara baik dalam masyarakat.

Kesimpulan

         Politik sebagai sarana kesejahteraan masyakat. Semua warga Negara perlu menjaga pemahaman dasar ini, agar masyarakat terjamin kepentingannya dalam  setiap pentas politik yang berkembang dalam negara.Tujuannya agar masyarakat tidak merasa digilas oleh derasnya persaingan politik dari sekelompok elit politik . Negara harus mengawasi setiap gerak politik  dengan hukum yang berlaku, sehingga masyarakat merasa sejahtera setiap situasi politik yang berkembang.   

         Negara juga perlu mengawasi secara jernih tujuan politik setiap partai dalam Negara agar tidak saja hanya mengejar kekuasaan  tetapi perlu dikembangkan konsep politik dengan hati nurani shingga bisa mengalami keseimbangan antara keinginan dan tujuan berpolitik sesungguhnya. Bepolitik harus bisa menjamin kesejahteraan masyarakat luas. Menjunjung tinggi budaya politik positif agar terbangun kestabilan Negara dan bisa mengembangkan demokrasi secara adil bagi masyarakat luas.

Refrensi   

Budiardjo, Mariam. 2008. Dasar –Dasar Ilmu Politik. PT. Gramedia. Jakarta

Damsar.2010. Pengantar Sosiologi Politik. Kharisma Putra Utama. Jakarta.

Faulks.Keith. 2012. Sosiologi politik. Nusa Media. Bandung.

Fatah Soefulloh  Eep, 1999. Membangun Oposisi, agenda-agenda perubahan politik masa depan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Marijan, Kacung. 2010. Sistem politik Indonesia . Prenadamedia . Jakarta

Setiadi M. Elly, Kolip, Sman. 2013.Pengantar Sosiologi Politik. Kharisma Putra Utama. Jakarta

Togas, Stela Nathalia. 2020. Artikel  berjudul  Kualisi Politik

Tags: berhati nuranipolitik berhati nurani
Share431Tweet269Share108

Related Posts

Tinan 2025: Rangking Liverdade Imprensa TL Monu
Politika

Tinan 2025: Rangking Liverdade Imprensa TL Monu

Maiu 4, 2025
Klinika La Fo Aimoruk ba Inan – Isin Rua
Politika

Klinika La Fo Aimoruk ba Inan – Isin Rua

Abril 30, 2025
Hala’o Knar ho responsabilidade Povu Hato’o Gratidaun ba PNTL
Politika

Hala’o Knar ho responsabilidade Povu Hato’o Gratidaun ba PNTL

Marsu 27, 2025
Reconciliação iha Perspetiva Social
Edukasaun

Reconciliação iha Perspetiva Social

Dezembru 12, 2024
Ezijensia  Ukun Rasik Aan Povu Tenki Moris Diak, iha Paz – Estabilidade no Justisa
Politika

Ezijensia Ukun Rasik Aan Povu Tenki Moris Diak, iha Paz – Estabilidade no Justisa

Novembru 29, 2024
Politika

Regina “Politika Komite 12 Novembru Hapara Pensaun La Justu”

Novembru 12, 2024
Next Post
Dampak Negatif Dari Iklim Politik Nasional Yang Kurang Stabil

Dampak Negatif Dari Iklim Politik Nasional Yang Kurang Stabil

Dosente Cristal Tuir Formasaun Pedagójika Husi Centru Formasaun Angolana

Dosente Cristal Tuir Formasaun Pedagójika Husi Centru Formasaun Angolana

Perlawanan Yang Dimulai Dengan Keras

Perlawanan Yang Dimulai Dengan Keras

Perlawanan yang dimulai dengan keras

Eskola Cristal Temporaria Hapara Atividade Ensinu

Eskola Cristal Temporaria Hapara Atividade Ensinu

Discussion about this post

Kalohan Hosting
ADVERTISEMENT
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact Us
Call Us: +670 7704 2527

© 2021 Time Timor Magazine - Hosted by Kalohan.NET.

No Result
View All Result
  • Varanda
  • Profil
  • Kultura
  • Edukasaun
  • Politika
  • Ekonomia
  • Opiniaun
  • Portugues

© 2021 Time Timor Magazine - Hosted by Kalohan.NET.

Dep